BIL Project Go Clean Concert
Sumber: 
http://www.nagaswarafm.com/bil-project-go-clean-concert.php

Dari  kegiatan penelitian tahunan yang dilakukan oleh Universitas Yale  di  Amerika Serikat, mereka mengeluarkan Environmental Performance Index   (EPI) dari 163 negara. Penelitian ini difokuskan pada 25 indikator   seperti kebersihan lingkungan, kesehatan, hingga kondisi ekosistem.   Posisi Indonesia dalam EPI 2010 berada pada peringkat 134 dengan nilai   44,6, sama dengan yang diraih oleh negara di Afrika, seperti Kamerun dan   Rwanda. Indonesia jauh tertinggal dari Singapura yang berada di   peringkat 28, Malaysia di 54, Thailand di 67, Brunei di 72 bahkan di   bawah Laos dan Vietnam. Itu berarti, di lingkup ASEAN, Indonesia   menduduki peringkat kebersihan lingkungan paling rendah! Meski begitu,   kota Palembang pernah mendapat penghargaan sebagai salah satu kota   paling bersih di wilayah ASEAN pada 2008 lalu. Berarti sebenarnya,   potensi untuk meningkatkan kebersihan lingkungan di Indonesia sangat   mungkin dilakukan. Tentu, butuh kesadaran dan komitmen dari semua pihak   untuk melakukannya.
Berangkat dari fakta tersebut,  tiga orang  musisi yang dihubungkan oleh tali persaudaraan ipar, Ikang  Fawzi, Ekki  Soekarno, dan Gilang Ramadhan yang tergabung dalam BIL  (Brother In Law)  Project  pada tanggal 7 Juli 2011, bertempat di  Bentara Budaya Jakarta  akan mengadakan konser dengan tema “GO CLEAN”.  Konser ini merupakan  langkah awal dari tercetusnya sebuah gerakan yang  dinamakan “Musisi Go  Clean”.
Gerakan ini didukung  penuh oleh beberapa elemen masyarakat  dan pemerintahan. Salah satunya,  turut hadir Pakar Teknologi Lingkungan  dari Universitas Indonesia, yang  juga anggota Badan Regulator Pelayanan  Air Minum DKI Jakarta dan Dewan  Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta,  Firdaus Ali, PhD. “Menurut data  Dinas Kebersihan DKI Jakarta, volume  sampah ibukota sudah mencapai  26.945 meter kubik dalam sehari, atau  setara dengan 6.736 ton. Jika  dianalogikan, dalam dua hari, sejumlah  sampah ini bisa membangun sebuah  bangunan setara Candi Borobudur, karena  candi tersebut total volumenya  adalah 55 ribu meter kubik,” terang  Firdaus yang juga merupakan Dewan  Pakar Ikatan Ahli Teknik Penyehatan  dan Lingkungan Indonesia (IATPI).  “Karena itu, saya sangat menyambut  hangat dan memberikan apresiasi yang  sangat tinggi kepada gerakan yang  dimulai dari teman-teman di BIL  Project ini. Karena musik punya  kapasitas dan kapabilitas yang tinggi  untuk mampu menyentuh kesadaran  hakiki dan mendorong orang untuk  berbuat apa yang diharapkan dibanding  dengan sekadar regulasi dan  sanksi semata.”
Tentu, bukan sekadar  urusan bersih  lingkungan yang ingin dikedepankan oleh BIL Project.  Sebab, hampir  setiap hari dan di setiap aspek kehidupan, masih banyak  hal yang perlu  “dibersihkan”. Salah satunya adalah soal maraknya  pembajakan. Menurut  mereka, hal tersebut juga perlu dibersihkan. Maka,  gerakan ini juga  didukung oleh Rahayu Kertawiguna dalam kapasitasnya  sebagai Sekjen  Badan Koordinasi Gerakan Anti Pembajakan (BK-GAP). Selain  dikenal  sebagai produser dengan intuisi tajam di bawah label 
Nagaswara, ia juga dikenal karena kiprahnya yang gigih melawan pembajakan di Indonesia.
“Musik   adalah bahasa yang universal. Musik dapat menjadi perekat dalam   hubungan sosial. Karena itu, dengan musik, kami ingin mengajak semua   komponen masyarakat untuk turut peduli dengan kebersihan lingkungan   sekitarnya,” cetus Ikang Fawzi, salah satu penggagas gerakan Musisi Go   Clean yang diamini Gilang Ramadhan sambil menambahkan, “Paling tidak,   gerakan ini juga akan lebih memicu saya dan lingkungan terdekat untuk   lebih bersih dan bersih lagi.”
Gerakan ini sebenarnya  juga  dimotori oleh kenyataan bahwa melalui musik, tiga orang ini  “nyambung”  melebihi hubungan “saudara ipar”. Mereka bahkan terbiasa  menciptakan  lagu secara bersama untuk kemudian merekamnya, yang cukup  rutin  dilakukan dalam 3 tahun terakhir ini ketika mereka “kumpul  keluarga”.   Maka, melalui gerakan ini, beberapa karya mereka akan  diperdengarkan  dalam sebuah mini album bertema “Ramayana”.
Vocal  Ikang yang  sangat khas dibalut nuansa rock si “multi instrumentalist”  Ekki ditambah  dengan tabuhan si maestro drum Gilang—belakangan ini  tabuhan Gilang  dipopulerkan dengan sebutan Rhythm Sawah—maka  terciptalah musik dengan  keunikan tersendiri. “Ini melalui proses yang  cukup panjang. Tentunya,  kebanggaan hampir setiap musisi dan seniman  pada umumnya adalah ketika  mereka bisa menciptakan atau tercipta karya  melalui interaksi dan  pengalaman bermusiknya menjadi sesuatu yang  baru,”  jelas Gilang sambil  berharap, “Semoga saja ini akan menjadi  jenis musik industri yang khas  Indonesia selain dangdut, yang kami  ciptakan untuk menunjukkan  eksistensi kita sebagai bangsa yang kaya  akan budaya”.
“Yaaa..!”  seru Ekki bersemangat, “Saya  juga berharap agar musik ini akan jadi ciri  khas untuk menandakan bahwa  sebagai bangsa, kita bisa memulai sebuah  budaya atau membuat  terobosan-terobosan baru. Seperti halnya gerakan  Musisi Go Clean ini,  boleh jadi merupakan terobosan baru dalam cara  mengajak berbudaya  bersih dalam semua aspek kehidupan.”
Selain   mengeluarkan mini album, menurut Ekki Soekarno, BIL Project bersama   elemen-elemen pendukungnya, akan memulai gerakan Musisi Go Clean ini   dari Jakarta. Selanjutnya, mengarah ke berbagai daerah sehingga   nantinya, ini akan menjadi gerakan nasional. “Sebagai musisi, kami sadar   bahwa kami tak bisa memulai gerakan ini tanpa dukungan semua pihak.   Karena itu, musik ini kami ciptakan, sekadar untuk mengawali, dan   harapannya akan jadi efek bola salju yang populer untuk menjadikan   Indonesia bersih, baik bersih lingkungan dan bersih pula mentalitasnya.”
Tentang   tema Ramayana dari album tersebut, menurut Ikang yang membuat  liriknya,  diambil karena Ramayana lekat dengan nuansa cinta. Karena  itu,  diharapkan, orang akan mencintai gerakan ini. Sehingga, mereka  akan  dengan sukarela, memulai dari hal kecil, seperti memungut sampah  dan  membuangnya di bak sampah, hingga bergotong-royong untuk  membersihkan  lingkungan.
Selain itu, ke depan, dari gerakan di  daerah-daerah,  diharapkan akan muncul sosok Rama Shinta yang peduli  kebersihan. “Kami  nanti akan menyeleksi duta-duta daerah, untuk  menemukan sosok Rama  Shinta, selain juga mencari band-band atau musisi  yang akan menjadi  simbol gerakan Musisi Go Clean ini,” terang Ikang.  “Dan, dari rangkaian  tersebut akan berpuncak pada sebuah pertunjukan  akbar, yakni Ramayana  Rock Opera yang kami harapkan akan jadi titik  tolak yang makin besar  untuk menggugah kepedulian pada bangsa, sehingga  gerakan kebersihan ini  akan menjadi gerakan yang menyadarkan bahwa  bangsa kita memang bangsa  besar yang berpotensi untuk maju dan terus  berkembang.”
Diharapkan,  dengan gerakan Musisi Go  Clean ini, akan mendorong gerakan  bersih-bersih, yang bukan hanya  menyelamatkan lingkungan, tapi juga  menyelamatkan masa depan bangsa.
Tentang BIL Project
BIL   Project yang terdiri dari Ikang Fawzi, Ekki Soekarno, dan Gilang   Ramadhan sebetulnya bukan sekadar grup musik.  Ini lebih merupakan   sebuah wahana yang bisa dipakai untuk berbagai gerakan positif atau   sebagai wadah untuk ide-ide kreatif yang  bahkan melintasi dunia musik.   Seperti halnya ide 
MUSISI GO CLEAN.
Tapi  kenyataan bahwa musik lah  perekat utama mereka, mengusung ciri khas  tersendiri yang dinamakan  musik Pop Rock Sawah tapi kemudian dibuat  lebih simpel dengan  menyebutnya sebagai Musik Sawah. Mereka ingin agar  kesederhanaan sawah,  kecantikan sawah, keharmonisan sawah, kebergunaan  sawah akan membias  pada musik atau lagu-lagu ciptaan mereka. Setelah  sekian lama  “menghilang” dari jagad panggung, mereka berharap, musik  yang mereka  cetuskan akan jadi sebuah hiburan dan sekaligus penyemangat  sebuah  gerakan, yakni gerakan yang mendorong dan menyadarkan  masyarakat akan  pentingnya kebersihan.
Tentang Musik Sawah
Ini  adalah berawal  dari penyebutan nama atas pola ritem yang dipopulerkan  sebagai Rhythm  Sawah dan menjadi ciri khas permainan drum Gilang  Ramadhan. Sang drummer  yang diakui dunia akan kekhasan permainan  drumnya dikarenakan  mengadaptasi dan kemudian menerjemahkan berbagai  ritem yang berakar dari  budaya perkusi dari seantero Nusantara yang  sangat kaya ini ke dalam  permainan dan peralatan drum modern.
Nama  “sawah” diambil sebagai  representasi bahwa inilah ciri Indonesia dari  pola permainan drumnya.  Sebab, sawah bisa dijumpai di hampir seluruh  wilayah Indonesia.  Sehingga, dengan pola ritem ini, diharapkan ada ciri  musik asli  Indonesia, yang ujungnya akan makin mengharumkan nama  Indonesia di  pentas musik dunia. Dan ketika pola ritem itu dimainkan  bersama si  “multi instrumentalist” Ekki Soekarno, diperkaya oleh  kekhasan vokal  Ikang, terciptalah Musik Sawah.
BIL Project Go Clean Concert
Sumber: 
http://www.nagaswarafm.com/bil-project-go-clean-concert.php

Dari  kegiatan penelitian tahunan yang dilakukan oleh Universitas Yale  di  Amerika Serikat, mereka mengeluarkan Environmental Performance Index   (EPI) dari 163 negara. Penelitian ini difokuskan pada 25 indikator   seperti kebersihan lingkungan, kesehatan, hingga kondisi ekosistem.   Posisi Indonesia dalam EPI 2010 berada pada peringkat 134 dengan nilai   44,6, sama dengan yang diraih oleh negara di Afrika, seperti Kamerun dan   Rwanda. Indonesia jauh tertinggal dari Singapura yang berada di   peringkat 28, Malaysia di 54, Thailand di 67, Brunei di 72 bahkan di   bawah Laos dan Vietnam. Itu berarti, di lingkup ASEAN, Indonesia   menduduki peringkat kebersihan lingkungan paling rendah! Meski begitu,   kota Palembang pernah mendapat penghargaan sebagai salah satu kota   paling bersih di wilayah ASEAN pada 2008 lalu. Berarti sebenarnya,   potensi untuk meningkatkan kebersihan lingkungan di Indonesia sangat   mungkin dilakukan. Tentu, butuh kesadaran dan komitmen dari semua pihak   untuk melakukannya.
Berangkat dari fakta tersebut,  tiga orang  musisi yang dihubungkan oleh tali persaudaraan ipar, Ikang  Fawzi, Ekki  Soekarno, dan Gilang Ramadhan yang tergabung dalam BIL  (Brother In Law)  Project  pada tanggal 7 Juli 2011, bertempat di  Bentara Budaya Jakarta  akan mengadakan konser dengan tema “GO CLEAN”.  Konser ini merupakan  langkah awal dari tercetusnya sebuah gerakan yang  dinamakan “Musisi Go  Clean”.
Gerakan ini didukung  penuh oleh beberapa elemen masyarakat  dan pemerintahan. Salah satunya,  turut hadir Pakar Teknologi Lingkungan  dari Universitas Indonesia, yang  juga anggota Badan Regulator Pelayanan  Air Minum DKI Jakarta dan Dewan  Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta,  Firdaus Ali, PhD. “Menurut data  Dinas Kebersihan DKI Jakarta, volume  sampah ibukota sudah mencapai  26.945 meter kubik dalam sehari, atau  setara dengan 6.736 ton. Jika  dianalogikan, dalam dua hari, sejumlah  sampah ini bisa membangun sebuah  bangunan setara Candi Borobudur, karena  candi tersebut total volumenya  adalah 55 ribu meter kubik,” terang  Firdaus yang juga merupakan Dewan  Pakar Ikatan Ahli Teknik Penyehatan  dan Lingkungan Indonesia (IATPI).  “Karena itu, saya sangat menyambut  hangat dan memberikan apresiasi yang  sangat tinggi kepada gerakan yang  dimulai dari teman-teman di BIL  Project ini. Karena musik punya  kapasitas dan kapabilitas yang tinggi  untuk mampu menyentuh kesadaran  hakiki dan mendorong orang untuk  berbuat apa yang diharapkan dibanding  dengan sekadar regulasi dan  sanksi semata.”
Tentu, bukan sekadar  urusan bersih  lingkungan yang ingin dikedepankan oleh BIL Project.  Sebab, hampir  setiap hari dan di setiap aspek kehidupan, masih banyak  hal yang perlu  “dibersihkan”. Salah satunya adalah soal maraknya  pembajakan. Menurut  mereka, hal tersebut juga perlu dibersihkan. Maka,  gerakan ini juga  didukung oleh Rahayu Kertawiguna dalam kapasitasnya  sebagai Sekjen  Badan Koordinasi Gerakan Anti Pembajakan (BK-GAP). Selain  dikenal  sebagai produser dengan intuisi tajam di bawah label 
Nagaswara, ia juga dikenal karena kiprahnya yang gigih melawan pembajakan di Indonesia.
“Musik   adalah bahasa yang universal. Musik dapat menjadi perekat dalam   hubungan sosial. Karena itu, dengan musik, kami ingin mengajak semua   komponen masyarakat untuk turut peduli dengan kebersihan lingkungan   sekitarnya,” cetus Ikang Fawzi, salah satu penggagas gerakan Musisi Go   Clean yang diamini Gilang Ramadhan sambil menambahkan, “Paling tidak,   gerakan ini juga akan lebih memicu saya dan lingkungan terdekat untuk   lebih bersih dan bersih lagi.”
Gerakan ini sebenarnya  juga  dimotori oleh kenyataan bahwa melalui musik, tiga orang ini  “nyambung”  melebihi hubungan “saudara ipar”. Mereka bahkan terbiasa  menciptakan  lagu secara bersama untuk kemudian merekamnya, yang cukup  rutin  dilakukan dalam 3 tahun terakhir ini ketika mereka “kumpul  keluarga”.   Maka, melalui gerakan ini, beberapa karya mereka akan  diperdengarkan  dalam sebuah mini album bertema “Ramayana”.
Vocal  Ikang yang  sangat khas dibalut nuansa rock si “multi instrumentalist”  Ekki ditambah  dengan tabuhan si maestro drum Gilang—belakangan ini  tabuhan Gilang  dipopulerkan dengan sebutan Rhythm Sawah—maka  terciptalah musik dengan  keunikan tersendiri. “Ini melalui proses yang  cukup panjang. Tentunya,  kebanggaan hampir setiap musisi dan seniman  pada umumnya adalah ketika  mereka bisa menciptakan atau tercipta karya  melalui interaksi dan  pengalaman bermusiknya menjadi sesuatu yang  baru,”  jelas Gilang sambil  berharap, “Semoga saja ini akan menjadi  jenis musik industri yang khas  Indonesia selain dangdut, yang kami  ciptakan untuk menunjukkan  eksistensi kita sebagai bangsa yang kaya  akan budaya”.
“Yaaa..!”  seru Ekki bersemangat, “Saya  juga berharap agar musik ini akan jadi ciri  khas untuk menandakan bahwa  sebagai bangsa, kita bisa memulai sebuah  budaya atau membuat  terobosan-terobosan baru. Seperti halnya gerakan  Musisi Go Clean ini,  boleh jadi merupakan terobosan baru dalam cara  mengajak berbudaya  bersih dalam semua aspek kehidupan.”
Selain   mengeluarkan mini album, menurut Ekki Soekarno, BIL Project bersama   elemen-elemen pendukungnya, akan memulai gerakan Musisi Go Clean ini   dari Jakarta. Selanjutnya, mengarah ke berbagai daerah sehingga   nantinya, ini akan menjadi gerakan nasional. “Sebagai musisi, kami sadar   bahwa kami tak bisa memulai gerakan ini tanpa dukungan semua pihak.   Karena itu, musik ini kami ciptakan, sekadar untuk mengawali, dan   harapannya akan jadi efek bola salju yang populer untuk menjadikan   Indonesia bersih, baik bersih lingkungan dan bersih pula mentalitasnya.”
Tentang   tema Ramayana dari album tersebut, menurut Ikang yang membuat  liriknya,  diambil karena Ramayana lekat dengan nuansa cinta. Karena  itu,  diharapkan, orang akan mencintai gerakan ini. Sehingga, mereka  akan  dengan sukarela, memulai dari hal kecil, seperti memungut sampah  dan  membuangnya di bak sampah, hingga bergotong-royong untuk  membersihkan  lingkungan.
Selain itu, ke depan, dari gerakan di  daerah-daerah,  diharapkan akan muncul sosok Rama Shinta yang peduli  kebersihan. “Kami  nanti akan menyeleksi duta-duta daerah, untuk  menemukan sosok Rama  Shinta, selain juga mencari band-band atau musisi  yang akan menjadi  simbol gerakan Musisi Go Clean ini,” terang Ikang.  “Dan, dari rangkaian  tersebut akan berpuncak pada sebuah pertunjukan  akbar, yakni Ramayana  Rock Opera yang kami harapkan akan jadi titik  tolak yang makin besar  untuk menggugah kepedulian pada bangsa, sehingga  gerakan kebersihan ini  akan menjadi gerakan yang menyadarkan bahwa  bangsa kita memang bangsa  besar yang berpotensi untuk maju dan terus  berkembang.”
Diharapkan,  dengan gerakan Musisi Go  Clean ini, akan mendorong gerakan  bersih-bersih, yang bukan hanya  menyelamatkan lingkungan, tapi juga  menyelamatkan masa depan bangsa.
Tentang BIL Project
BIL   Project yang terdiri dari Ikang Fawzi, Ekki Soekarno, dan Gilang   Ramadhan sebetulnya bukan sekadar grup musik.  Ini lebih merupakan   sebuah wahana yang bisa dipakai untuk berbagai gerakan positif atau   sebagai wadah untuk ide-ide kreatif yang  bahkan melintasi dunia musik.   Seperti halnya ide 
MUSISI GO CLEAN.
Tapi  kenyataan bahwa musik lah  perekat utama mereka, mengusung ciri khas  tersendiri yang dinamakan  musik Pop Rock Sawah tapi kemudian dibuat  lebih simpel dengan  menyebutnya sebagai Musik Sawah. Mereka ingin agar  kesederhanaan sawah,  kecantikan sawah, keharmonisan sawah, kebergunaan  sawah akan membias  pada musik atau lagu-lagu ciptaan mereka. Setelah  sekian lama  “menghilang” dari jagad panggung, mereka berharap, musik  yang mereka  cetuskan akan jadi sebuah hiburan dan sekaligus penyemangat  sebuah  gerakan, yakni gerakan yang mendorong dan menyadarkan  masyarakat akan  pentingnya kebersihan.
Tentang Musik Sawah
Ini  adalah berawal  dari penyebutan nama atas pola ritem yang dipopulerkan  sebagai Rhythm  Sawah dan menjadi ciri khas permainan drum Gilang  Ramadhan. Sang drummer  yang diakui dunia akan kekhasan permainan  drumnya dikarenakan  mengadaptasi dan kemudian menerjemahkan berbagai  ritem yang berakar dari  budaya perkusi dari seantero Nusantara yang  sangat kaya ini ke dalam  permainan dan peralatan drum modern.
Nama  “sawah” diambil sebagai  representasi bahwa inilah ciri Indonesia dari  pola permainan drumnya.  Sebab, sawah bisa dijumpai di hampir seluruh  wilayah Indonesia.  Sehingga, dengan pola ritem ini, diharapkan ada ciri  musik asli  Indonesia, yang ujungnya akan makin mengharumkan nama  Indonesia di  pentas musik dunia. Dan ketika pola ritem itu dimainkan  bersama si  “multi instrumentalist” Ekki Soekarno, diperkaya oleh  kekhasan vokal  Ikang, terciptalah Musik Sawah.
Tentang Gerakan Musisi Go Clean
Musisi   Go Clean adalah gerakan yang dimulai oleh personel BIL Project.  Gerakan  ini murni gerakan sosial yang ditujukan untuk mengajak seluruh  lapisan  masyarakat, termasuk para penikmat musik, untuk lebih peduli  pada  kebersihan sekitarnya.
Musisi   Go Clean adalah gerakan yang dimulai oleh personel BIL Project.  Gerakan  ini murni gerakan sosial yang ditujukan untuk mengajak seluruh  lapisan  masyarakat, termasuk para penikmat musik, untuk lebih peduli  pada  kebersihan sekitarnya.