Lebih Banyak Senyum untuk Keluarga
Tak  ada yang benar-benar tahu sampai dimana ujung usia kita. Bahkan esok  pagipun disaat kita bangun tidur bisa jadi orang yang paling kita cintai  sudah tidak lagi berada disamping kita. Bahkan untuk mencium aroma  tubuhnyapun menjadi hal yang mustahil. Semakin usia kami bertambah, kami  berdua merasa saling takut kehilangan satu dengan lainnya. Ikang Fawzi  (Ahmad Zulfikar Fawzi) suamiku tercinta—the one and only—tahun ini akan memasuki usia 52 tahun. Walau usia bertambah namun Alhamdulillah  diantara kerumunan teman-teman prianya suamiku tampak jauh lebih muda  dari usia sebenarnya. Malah bias dikatakan sepuluh tahun lebih awet,  mungkin juga karena Ikang itu keturunan Sunda yang karakter dasarnya  adalah happy go lucky alias memang wajar kalau pria yang young at heart serta mampu bernyanyi menjadi awet gantengnya… Alhamdulillah Ya Allah. Suami pilihan-Mu untukku adalah yang terbaik dari beberapa hadiah hidup lain yang Kau titipkan selama ini.
Barangkali  tak banyak dari kita yang menyadari betapa kurang banyaknya senyuman  yang kita sediakan bagi orang-orang dekat dihati yang hidup dibawah satu  atap dengan kita. Barangkali juga karena life is an advanture,  namun lebih kepada tanggung jawab kita dalam mencari nafkah dan  mengejar posisi kemenangan dalam pencapaian hidup, membuat tekanan  kehidupan mengurangi keinginan tulus kita dalam mengembangkan senyuman.  Padahal senyum itu tidak bayar alias gratis.

