Ikan di Laut Tercemar Indonesia

Ikan di Laut Tercemar Indonesia
Sumber Ikan Laut yang Merana

Dekan FEMA IPB Dr. Arif Satria, Prima Gandhi HMI Bogor, Maafkanlah, Marissa Haque & Ikang Fawzi

Dekan FEMA IPB Dr. Arif Satria, Prima Gandhi HMI Bogor, Maafkanlah, Marissa Haque & Ikang Fawzi
Dekan FEMA IPB Dr. Arif Satria, Prima Gandhi HMI Bogor, Maafkanlah, Marissa Haque & Ikang Fawzi, Doktoral di IPB

Total Tayangan Halaman

Riset Pencemaran Lingkungan Hidup di Buyat, Sulawesi Utara

Kebun Raya Bali

Kebun Raya Bali
SDALH Marissa Haque-Kebun Raya Bali

Sabtu, 22 Agustus 2009

Anjuran Dr. Asep Saefudin Purek 4 Pasca Sarjana IPB, Bogor: Bunda Kami Marissa Haque

Promosi IPB adalah Kampanye Back to Nature
Memiliki riwayat keluarga genetik kanker, maka Marissa Haque sekeluarga tidak main-main dengan masalah kesehatan keluarga. Atas saran dari salah seorang dosennya Dr. Asep Saefudin Purek 4 Pasca Sarjana IPB, Bogor, Marissa sekarang ini sangat rajin mengkonsumsi buah merah asal Papua/Irian Jaya itu.

Di sebuah media, adik kandung Marissa Haque bernama Soraya bahkan mengakui ada kekhawatiran khusus dalam dirinya soal kesehatan. Nyawa ibundanya terenggut oleh kanker ovarium (indung telur). Sang ibu kemungkinan mewarisi penyakit itu dari neneknya. Penyakit yang sama juga kemudian mengenai adiknya, Shahnaz Haque, sehingga satu indung telurnya harus diangkat.

“Kalau ada ibu yang menderita kanker dan mempunyai anak perempuan, maka bibitnya akan terbawa. Dengan sejarah seperti itu, saya harus hati-hati,” jelas Soraya di sebuah media. Menurutnya, perempuan lebih rentan untuk menderita kanker dibanding pria, karena alat reproduksi perempuan lebih rumit.
Untuk itu, sejak usia 30 tahun, Soraya yang rajin berpuasa ala Nabi Daud ini menjaga jarak dengan daging merah juga makanan kaleng dan awetan. “Sedapat mungkin saya menghindarinya. Sebagai gantinya, saya mengonsumsi daging putih atau ikan dan makanan segar,” katanya membuka rahasia. Setahun sekali, dia menjalani mammografi dan pap smear untuk memantau kesehatan payudara serta organ reproduksinya.

Dengan kenyataan itu, Marissa Haque mau tak mau juga berhati-hati seperti yang dilakukan Soraya. Sebagai catatan, Marissa juga mengalami masalah kesehatan yakni gangguan tiroid. Marissa juga melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi munculnya sel kanker lantaran orangtuanya mengidap penyakit serupa.
Untuk itu artis cantik ini mengkonsumsi masing-masing sebuah kapsul buah merah dan kapsul Virgin Coconuts Oil (VCO) setiap hari. Selain itu juga untuk menjaga kebugaran. “Stamina meningkat drastis. Jika sehari tidak mengkonsumsi, badan pegal dan drop,” kata artis yang dijadikan ikon buah merah oleh sebuah perusahaan farmasi itu.Menurut Marissa, dalam keluarganya ia pun melakukan hal serupa yakni melakukan tindakan pencegahan. Untuk itu, dibiasakan anak-anaknya mengkonsumsi sayuran dan buah.

Oleh:Tommy
Sumber: http://www.posmo.net/ & http://marissahaquegogreen.blogspot.com/

Selamatkan Bumi Dengan Tanganmu: Bunda Kami Marissa Haque


IPB dan Lingkungan Hidup
Hari hari belakangan ini saya merasakan sebuah ‘kemewahan’ luar biasa dan agak ge-er bahwa saya being chosen untuk dapat turut menikmati pendidikan disalah satu kampus terbaik dinegeri ini IPB (Institut Pertanian Bogor). Walaupun disaat SMAN 8 (sekolah unggulan di Jakarta saat itu) saya lulus dari jurusan IPA, namun dengan seribu persen kesadaran penuh saya memilih sebuah fakultas dimana sayapun selalu punya waktu luang untuk shooting film yang menjadi instrumen aktualisasi diri saat itu. Akhirnya pilihan jatuh kepada Fakultas Hukum. Dan sebagai lulusan Fakultas Hukum saya tidak berani bermimpi untuk berdekat-dekatan dengan sebuah universitas yang sangat eksakta semacam IPB ini. Namun, sejarah hidup menetukan lain disaat saya masih duduk sebagai anggota DPR RI melalui suami Ce’ Hetty Koes Endang yang bernama Yusuf Emir Faisal, PhD (DPR RI/Fraksi PKB) dan Prof. Dr. Rokhmin Dahuri (Menteri Kelalutan/PDIP) ditambah dorongan teman sesama kader PDIP asal Jambi Elviana dan Prof. Dr. Asep Saefudin, MSc sebagai Purek 4 IPB bidang Pengembangan Usaha saya mencoba ikutan tes masuk program Doktor dan surprisingly lolos pada sekitar tahun 2005.

Ketertarikan saya pada program PSL (Pusat Studi Lingkungan) ini karena memang menyaksikan dengan mata kepala sendiri kehancuran bumi didepan mata namun pemerintah Indonesia sangat naif didalam mengahadapi semua gejala kehancuran alam oleh keserakahan manusia penguasanya. PSL sebagai satu-satunya jurusan yang “multidisiplin” di IPB, juga menyediakan kelas eksekutif bagi orang-orang sibuk yang ingin tetap mengisi kognisinya dengan bidang keilmuan akademik (resmi) namun terhadang kesibukan waktu kerja dan tanggung jawab sosial lainnya. Saya masuk dikelas eksekutif Jumat dan Sabtu di Kampus Baranangsiang, Bogor ini selain karena memang dihari kerja sibuk sebagai anggota DPR RI, juga karena keuangan saya masih sangat lapang disaat itu. Dikelas tempat saya belajar dengan interior manis ber-air condition seperti sekolahku saat di Ohio, Amerika Serikat dulu adalah juga ruang kelas dimana Presiden SBY bersekolah. Sembari bercanda saya dan teman-teman sekelas sering ikutan gantian duduk ditempat Pak SBY dulu duduk dan mengatakan: ” … aaaah… siapa tahu jadi Presiden juga, atau minimal Menteri deeeeh!” tawa kami sekelas berderai bersahut-sahutan. Namun apakah sedemikian mudah lulus dari PSL-IPB? Hmmm… saya belum ingin menjawabnya pada tulisan pertama terkait IPB ini. Karena saya ingin memulainya dengan yang ringan-manis-lucu, sehingga enak untuk disimpan mengkristal didalam memoriku.


Dr. Etty Riani dari IPB

Tidak semua pengajar – para dosen – yang dapat berfungsi sebagai fasilitator. Sebenarnya hal ini terjadi dimanapun juga baik di IPB maupun kampus lain, dalam hal ini saya sangat yakin. Dari sejumlah pengajar yang dekat dihati – karena yang bersangkutan telah dipindah kejurusan lain di IPB karenanya saya ingin mengekspresikan rasa terimakasih saya kepada yang bersangkutan – adalah Ibu Dr. Etty Riani, Msi. Beliau ahli ikan dan air (limbah cair dan lain sebagainya). Rumahnya di Bogor dilokasi antara kampus Baranangsiang dan Darmaga. Orangnya pintar namun sangat bersahaja serta rendah hati sesuai dengan rata-rata karakter dasar para pengajar di IPB – sweet and tender hearted lecturers.

Sudah lama saya tidak bertemu dengan Bu Etty – demikian panggilan sayang kami sekelas untuknya. Terakhir jumpa disekitar akhir tahun lalu saat beliau tampil menjadi salah seorang pembicara pada diskusi ilmiah di Universitas Terbuka, Situ Gintung, Ciputat sekitar 5-10 menit dari rumahku di Pelangi Bintaro. Dengan rasa rindu saya menemui Bu Etty, menjemputnya serta mengajaknya makan Soto Betawi didepan rumahku yang terkenal kelezatannya diseantero Bintaro.

Saya sempat duduk sebagai peserta tamu diantara para peserta pada seminar tersebut yang mengangkat topik menarik yaitu tentang Energi Alternatif Ramah Lingkungan. Kita semua mengetahui bahwa lingkungan kita sekarang sudah benar-benar terancam dan kelestariannya sudah sangat menganggu sehingga dikhawatirkan tidak mampu mewariskannya untuk anak cucu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak kebijakan Indonesia belum menunjukkan keberpihakannya terhadap keseimbangan lingkungan hidup – sustainable developments. Padahal masalah kerusakan lingkungan hidup sudah mencapai batas yang sangat mengkhawatirkan. Nah, pada seminar dengan topik Energi Alternatif Ramah Lingkungan itulah Bu Etty tampil sebagai salah seorang pakar mewakili IPB. Kapasitas Ibu Dr. Ir. Etty Riani saat itu sebagai Sekretris Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pasca Sarjana IPB.

Bu Etty hari ini sudah tidak lagi berada di PSL-IPB, isu santer yang masuk ketelinga kami karena adanya internal politicings didalam jurusan ini. Walau sebagian lagi secara normatif formal mengatakan karena kontrak kerja Bu Etty sudah selesai dan tidak diperpanjang oleh Ketua Bidang Studi (bukan Dekan karena PSL bukan sebuah Fakultas). Beberapa mahasiswa adik kelasku mengatakan bahwa sebagian besar dari mereka merasa sangat kehilangan seorang sekretaris jurusan yang penuh perhatian dan pembimbing disertasi yang dengan hati ikhlas tanpa pamrih menjalani fungsinya. Jauh dilubuk hati yang terdalam saya merasa teramat-sangat-kelewat prihatin, bahwa berpolitik praktis bukan terjadi hanya sekedar berada digedung DPR RI namun juga hadir didalam respectable kampus seperti IPB.

Kenangan mendalamku kepada Bu Etty adalah ketika kami semua didalam kelas selalu diingatkan agar melakukan tindakan penyelamatan bumi melalui tindakan sekecil apapun dan melalui disiplin ilmu apapun. Jadi bukan sekedar si ahli air (hidrolog) atau si ahli tanah (agronom) semata yang memikul tanggung jawab kelestarian lingkungan hidup namun kami-kami dari jurusan hukum dan ilmu sosial kemasyarakatan lainnya juga punya kewajiban memikul tanggung jawabnya. Terkesan seakan sebuah pemaksaan memang, namun dari sana saya merasakan adanya pembelaan dari seorang sekretaris program terhadap pandangan sinis dan ‘sebelah mata’ anak-anak eksakta terhadap kehadiran kami para mahasiswa pasca sarjana kelas Doktor dari jurusan non-eksakta di PSL-IPB.

Rupanya Bu Etty sering dipanggil sebagai saksi ahli bidang ANDAL (Analisan Dampak Lingkungan) dan AMDAL (Ananlisa Mengenai Dampak Lingkungan) dibeberapa pengadilan terkait kasus delik pidana lingkungan hidup. Dan selalunya (sebagaian besar) argumen ilmiah dari Bu Etty dan timnya (sebagian besar dari IPB) dikalahkan dipengadilan hanya karena ‘dugaan’ politisasi hukum dari keuangan yang maha kuasa dari yang ‘diduga’ para pelaku aktif mafia peradilan Indonesia. Inilah concern Bu Etty terhadap penegakan hukum pidana lingkungan hidup di Indonesia dimana IPB sebagai salah satu institusi pendidikan ditanah air yang memiliki jurusan lingkungan hidup belum dapat meneriakkan kebenaran Segi Tiga Munasinghe yang berisi keseimbangan dari ekologi-ekonomi-sosial didalam sebuah kerangka pikir sistemik yang holistik serta integrated.

Ibu Doktor Etty Riani adalah “IBU” kami di PSL-IPB. Posisi Ibu Etty dimasa kami sekelas kuliah tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun juga penggantinya hari ini. Dari kelompok saya sekelas ada yang sudah lulus, ada yang dipersulit dosen karena ‘diduga’ melakukan delik pidana pemerasan pendidikan, ada yang mulus proses disertasinya karena memiliki keleluasaan finasial dan posisi dikedirjenan tertentu ditanah air, ada yang masih jalan ditempat tidak maju-maju, dan ada yang sedang bersiap menemui Pak Rektor karena hak azazi manusianya (HAM) tidak dilindungi akibat komersialisasi pendidikan oleh oknum tertentu yang secara nyata besinggungan dengan delik pidana pendidikan bilamana secara internal tidak dicarikan jalan keluarnya, dan lain sebagainya. Harus diakui memang dunia pendidikan ditanah air masih eksklusif dan belum menjadi tempat bagi setiap orang untuk menuntut ilmu.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada seluruh institusi pendidikan ditanah air, dan tanpa melakukan penyeragaman serta tanpa harus menunjuk nama institusi pendidikan tertentu, kita harus mengakui bahwa mafioso pendidikan di Indonesia memang ada dan mereka eksis serta tersebar dimana-mana! Jadi bagaimana kedepannya kita wajib bersikap didalam menghadapi gaya menejemen institusi pendidikan seperti model ini, wa bil khusus terkait dengan UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang baru saja diketok-palukan namun mendapat respon negatif disana-sini dari seluruh Indonesia.

Selamatkan bumi dengan tanganmu menurut pesan Bu Etty, bagi saya hari ini juga termasuk pesan bagaimana menyelamatkan dunia pendidikan ditanah air yang berada diatas kulit kerak bumi didalam menejemen negara bernama Republik Indonesia. Semoga IPB menjadi salah satu pionir yang berani mengatakan BERANTAS MAFIA PENDIDIKAN di Indonesia!

Bunda Kami Marissa Haque adalah Duta WWF Untuk Badak Cula Satu Banten

Marisa Haque bersama staff Ujung Kulon berbagi cerita tentang uapaya pelestarian Badak/Desma
Marissa Haque: Sang Duta yang Gigih memperjuangkan Pelestarian Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)

Marissa Haque juga merupakan selebritis dan produser film yang sangat peduli pada kelestarian Badak Jawa. Kepeduliannya diwujudkan dengan kesediaannya menjadi Duta bagi Badak Jawa, yang jumlahnya tinggal kira-kira 50-60 ekor.

Sebagai duta, Marissa juga ikut menyebarluaskan informasi tentang pentingnya pelestarian Badak, bahkan ia terlibat langsung dalam pembuatan film dokumenter tentang badak jawa yang saat ini masih dikerjakannya. Marissa selalu mengaitkan berbagai isu sosial ekonomi dengan pelestarian badak, karena kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. “Saya akan bantu untuk mencari pasar ekspor bagi patung-patung badak yang dibuat oleh masyarakat sekitar,” tegasnya.

Diskusi santai di areal food court ini tidak hanya membicarakan Badak Jawa saja, tetapi juga berbagai aspek pelestarian terkait lainnya yang tidak boleh diabaikan untuk menjamin kelestariannya, mulai dari isu Usaha Kecil Menengah (UKM) hingga isu pemberdayaan perempuan. Tim WWF-Ujungkulon dengan kompaknya berbagi cerita tentang berbagai upaya yang dilakukan untuk melestarikan Badak Jawa ditengah situasi pelanggaran batas hutan dan penebangan liar yang marak terjadi di sekitar TN Ujung Kulon.

Iwan ‘Podol’, peneliti WWF-Indonesia di Ujungkulon membahas keadaan hewan yang perburuannya sudah dihentikan sejak tahun 1990-an ini. Pengalaman sehari-hari dilapangan saat melaksanakan upaya pelestarian dan perlindungan badak jawa, mengalir lancar dari Pak Uus, anggota Rhino Patrol Unit dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Sementara Bapak Warca, ketua Koperasi Kagum dan Pak Komar dari Wakil Masyarakat Ujung Kulon bercerita bagaimana kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pembuatankerajinan, khusunya patung badak, wisata lingkungan, dan penyaluran credit union di sekitar Taman Nasional berdampak positif bagi upaya perlindungan lingkungan secara keseluruhan.

Kegiatan lain yang dilakukan adalah demonstrasi pembuatan patung badak, demo pembuata T’shirt badak, pameran foto hasil tangkapan camera traps, dan tentunya acara door prize. Sesi tanya jawab antara para nara sumber dengan peserta sangat dinamis, tampaknya selain pemandu acaranya memang piawai memancing minat peserta, tampaknya masyarakat mulai menyadari arti penting ikut berperan serta dalam upaya pelestarian lingkungan. Mudah-mudahan dimasa mendatang, bukan hanya Marisa Haque yang bersedia menjadi duta, tetapi muncul duta-duta lainnya dengan kegigihan dan keseriusan untuk melestarikan lingkungan.

Sumber: http://marissahaquegogreen.blogspot.com/

Selama Kuliah di PSL, IPB, Bunda Kami Marissa Haque Pikirkan Bumi

Selama Kuliah di PSL, IPB, Marissa Haque Pikirkan Bumi


Oleh: Arief Bayuaji

Marissa Haque memilih untuk 'cuekin' dirinya jadi atau tidak menjadi caleg. Marissa yang merasa nyaman dan tenang dengan kehidupannya saat ini, lebih memikirkan untuk menyelamatkan nasib dan kelangsungan bumi.

"Jadi nggak jadi caleg (calon legislatif, red) tidak saya permasalahkan," jelas Marissa Haque, usai peluncuran buku Bertahan Di Bumi "Gaya Hidup Menghadapi Perubahan Iklim" karya Fachruddin M Mangunjaya, di Gedung Rektorat, Lantai 4, Universitas Nasional Jakarta, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (18/11).

Marissa Haque yang kini merupakan caleg Nomor 2 dari PPP Dapil 5 Cimahi, Bandung, Jawa Barat merasa tidak perlu memikirkannya. Marissa mengatakan, "Saya nggak optimis. Untuk saya, berbuat baik itu kan, bisa dengan cara apa pun, seperti dengan mengajar, ramah terhadap lingkungan dll."

Marissa pun kini lebih fokus dengan mengurus keluarga, mengajar dan menjalani program doktor S3 bidang Lingkungan Hidup di IPB, Jawa Barat.

"Selain kesibukan itu, saya lebih konsentrasi terhadap nasib kelangsungan bumi kita. Saya ingin menggugah kepada siapa pun, untuk menyelamatkan bumi. Saya tidak bisa memungkuri, bumi adalah masa depan kita semua. Kalau tidak kita jaga, bumi akan habis dan musnah."

Marissa mencontohkan banyaknya hutan-hutan yang digunduli. "Banyak hutan yang dirusak. Sudah tidak ada habitatnya lagi. Mulai dari tumbuhan sampai hewan. Dampak global nantinya, ya, bikin bumi hancur. Ini sangat menyedihkan," kata Marissa.

Kenyataan itulah yang akhirnya menggugah Marissa untuk mengajak siapa pun melakukan penyelamatan bumi dengan mulai melakukan sesuatu dari yang paling kecil.

"Bisa dengan menghemat listrik, membuang sampah ditempatnya sesuai organik atau non-organik, menanam dan memelihara pohon dan lain-lainnya. Semuanya dimulai dari diri sendiri, baru keluarga, tetangga, teman sampai nantinya bersama komunitas yang lebih besar," tutup Marissa. [aji]

Sumber: http://artis.inilah.com/berita/2008/11/19/62874/marissa--haque-cuekin-caleg-pikirkan-bumi/

Bunda Kami Marissa Haque, Berikan Arahan Tentang 'Flu Burung' dari FKH-IPB, Bogor

Senin, 14 November 2005 22:04

Kapanlagi.com - Publik Indonesia tentu sudah tak asing dengan sosok Marissa Haque, yang pada tahun '80-an dikenal sebagai bintang film muda yang ikut meramaikan jagat film nasional.

Hingga akhirnya ia disunting rocker Ikang Fawzi, ia masih berkutat di dunia perfileman, sampai akhirnya "dipinang" sebuah partai politik dan bergabung di dalamnya sehingga sampai ia menjadi politisi di Senayan (Gedung DPR/MPR) sebagai anggota Komisi VIII DPR RI.

Bersama sejawatnya Elviana dari Komisi X DPR-RI yang membidangi Pendidikan, Marissa Haque, belum lama ini bertandang ke Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan mengunjungi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, di Kampus IPB Darmaga.

Lantas, apa gerangan yang dilakukan di FKH-IPB? Rupanya, sebagai ibu rumah tangga, Marissa Haque ternyata ikut risau dengan wabah flu burung yang terjadi di Indonesia.

Pasalnya, dengan isu flu burung itu, tidak hanya peternak saja yang tertimpa musibah karena ada banyak jutaan unggas, khususnya ayam, yang mati karena serangan penyakit itu.

Namun akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang kemudian takut mengonsumsi ayam, padahal ayam adalah protein hewani yang dibutuhkan untuk kesehatan, dan harganya relatif terjangkau oleh masyarakat kebanyakan.

Atas kondisi itulah, ia terpanggil untuk ikut berkampanye agar publik tidak takut makan ayam, terlebih bila ayam tersebut sehat dan tidak berpenyakit.

Karena itu, maksud kunjungannya ke FKH-IPB adalah bertemu ahli dan pakar yang berkompeten untuk membahas masalah flu burung, serta berupaya menyosialisaikan kepada masyarakat agar tidak terlalu berlebihan dalam menanggapinya.

"Makan ayam itu aman, jika dimasak dengan panas 80 derajat Celcius dengan lama minimal 5 menit, bakteri dan segala penyakit termasuk virusnya akan mati. Jangan sampai tidak makan ayam. Kita tahu jika tidak makan daging kita akan menjadi bangsa yang terbelakang mungkin menjadi idiot," katanya kepada para wartawan di Laboratorium Patologi FKH-IPB.
Menurut dia, kejadian flu burung yang marak diberitakan oleh media massa perlu diwaspadai, karena mungkin menyangkut pertahanan dan keamanan negara Indonesia.

"Saya sebagai perempuan dan juga ibu rumah tangga serta juga sebagai mahasiswa IPB (saat ini Marissa Haque sedang studi S-3 di IPB-red) melihat hal ini sebagai ancaman bagi pertahanan dan keamanan kita."

"Jadi, pertahanan bukan hanya membeli senjata seperti rudal, peluru dan lain-lain. Namun bisa juga menyangkut pangan, yang hakiki bisa mempengaruhi rumah tangga, di mana di dalamnya terdapat sanak famili dan keluarga, yang berkembang menjadi suatu bangsa," katanya.

Dekan FKH-IPB Dr drh Heru Setijanto pun membenarkan pernyataan itu dengan menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu terlalu khawatir berlebihan tentang flu burung. "Benar, kita perlu waspada, tapi jangan berlebihan, dan mari kita luruskan," katanya.

Menurut dia, terdapatnya wabah flu burung di sana-sini sifatnya sporadis, dan itu menjadi konsekuensi yang harus diterima, karena hal itu sedang menjadi endemis di Indonesia.

"Memang wabah flu burung ini terkadang muncul di suatu daerah, namun demikian dari sisi hewan cukup terkendali. Buktinya dari tahun 2004 hingga 2005 tidak ada lagi wabah yang besar-besaran seperti akhir 2003 dan awal 2004 itu," katanya. (*/bun)

Sumber: www.kapanlagi.com/h/0000090658.html

Prakata dalam Disertasi Doktor Bunda Kami Marissa Haque


Pembalakan liar/illegal logging marak terjadi di Indonesia. Khusus di Provinsi Riau, pembalakan liar/illegal loging berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, serta kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Indikasi kerusakan lingkungan akibat pembalakan liar/illegal loging ini ditunjukkan dengan semakin meluasnya kejadian bencana alam semisal banjir badang, kekeringan, kehilangan spesies tumbuhan dan fauna, dan lain sebagainya. Upaya pemberantasan pembalakan liar/lllegal loging ini telah dilakukan sejak lama, namun belum dapat memberikan dampak jera terhadap para pelakunya karena instrumen hukum positif yang tersedia di Indonesia sampai dengan hari ini belum mampu secara maksimal menjerat mereka. Sehingga hingga kini pembalakan liar/lllegal loging masih marak terjadi secara hampir merata diseluruh Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis dampak pembalakan pembalakan liar/illegal loging terhadap kondisi ekologi, ekonomi, sosial di Provinsi Riau; (2) menganalisis sistem hukum yang tersedia di Indonesia terkait dengan pemberantasan pembalakan liar/illegal loging; serta (3) mendesain model kebijakan pemberantasan pembalakan liar/illegal loging yang efektif, efisien dan berkelanjutan dengan partisipasi aktif para stakeholders dibidang kehutanan, transparansi proses peradilan dari tingkat dasar sampai dengan Mahkamah Agung dibantu dengan dukungan perkembangan teknologi informasi.

Dengan terselesaikannya disertasi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.Ir. Dudung Darusman,MA selaku Ketua Komisi Pembimbing, serta kepada Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS, Prof.Dr.Ir. Surjono Hadi Sutjahjo,MS, dan Prof.Dr. Daud Silalahi,SH dimana masing-masing selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan masukan dan arahannya sejak dari penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai dengan terselesaikannya penulisan disertasi ini. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan pahala beribu kali lipat kepada mereka semua dan menjadikan segenap ilmu pengetahuan yang ditransfer kepada penulis melalui Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor akan menjadi amal ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan pemberantasan pembalakan liar/illegal loging di Indonesia pada masa mendatang. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof.Dr.Ir. Surjono Hadi Sutjahjo,MS dan Dr.Ir. Etty Riani,MS, masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor yang membuat mimpi penulis untuk menjadi seorang Doktor dari sebuah respectable university berbasis ilmu eksakta di IPB menjadi kenyataan.

Khusus kepada Prof.Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS, selaku Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB yang senantiasa memberikan arahan, motivasi serta dorongan terus-menerus kepada penulis khususnya pada saat dimana rasa percaya diri, semangat juang, menuju seorang intelektual civitas academica sejati terkait dengan proses penyelesaian disertasi ini sering berfluktuasi.
Yang sangat tidak pernah penulis lupakan adalah upaya dan keikhlasan hati Dr.Ir. Asep Saefuddin,MSc dan keluarganya, yang saat itu menjabat sebagai Purek IV Bidang Pengembangan Usaha IPB, dan Bapak Prof.Ir. Rokhmin Dahuri,MSc,PhD yang tanpa lelah terus meyakin diri penulis bahwa PSL-IPB adalah tempat kuliah yang pas bagi saya sebagai seorang legislatif untuk menyelamatkan bumi dari kerusakannya. Dan bahwa program Doktor di PSL adalah jurusan transdisiplin ilmu, sehingga memungkinkan saya dengan latar belakang ilmu hukum dapat mengikutinya. Dengan catatan asalkan lulus tes.
Khusus kepada tiga mutiara cinta penulis Drs. Ahmad Zulfikar Fawzi (Ikang Fawzi) serta kedua anakku Isabella Muliawati (Bella) dan Marsha Chikita (Kiki), terimakasih banyak untuk cinta, pengertian, dorongan semangat yang tak kunjung putus selama ini. Juga permohonan maaf atas sejumlah waktu kebersamaan berkualitas yang menjadi berkurang karena terpakai untuk riset kelapangan serta proses penyelesaian disertasi yang didalam melangkah tidak pernah sederhana.

Kepada (alm) Papa H. Allen Haque dan (alm) Mamaku R.Ay Mieke Soeharijah yang penulis yakini bibit spirit belajar dan kesukaan atas membaca serta mengoleksi buku, mengkliping berita, serta ‘memulung’ ilmu yang tak pernah berhenti, menurun, tumbuh dan berkembang pada diri penulis semenjak kecil sampai seumur sekarang.

Juga kepada Dato’ Fawzi Abdulrani the singing ambassador ayah mertua penulis dan ibu mertua penulis (alm) Ibu Setia Nurul Muliawati binti Mu’min yang selalu mendoakan kelancaran studi dan riset di IPB selama ini.

Tak lupa juga kepada yang setia Sekretaris penulis R.A. Menik Kodrat, Pak Didin Supirku, serta Bambang Jaim anak asuh penulis yang selalu mendampingi siang dan malam, serta dalam suka dan duka. Selalu tepat waktu dan tahan menderita bersama didalam menyiapkan segala fasilitas pendukung selama penyelesaian disertasi ini.

Kepada Bapak Jamal Gozi dan Bapak Riksa dari PT. Sarung Cap Gajah Duduk yang pertamakali tergerak hatinya untuk memberikan sponsor riset awal ke Provinsi Riau diawal tahun 2007. Dari sana, terkait dengan delik pidana pembalakan liar/illegal loging yang sangat marak serta tak terkendali, bersama konsorsium NGO Jikalahari (Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau) dan Walhi Riau alhamdulillah saya berhasil mengumpulkan banyak data primer dan sekunder. Saya merasa sangat tersanjung ketika Mas Santo sebagai Ketua Jikalahari serta seluruh jajaran tim diantaranya Mas Kaka (Khairiansyah), Mbak Ayu dan Mas Joni Mundung dari Walhi Riau dengan sangat bersahabat menerima saya dan tim untuk bergabung kedalam tim besarnya.

Termasuk kebaikan hati Wakil Gubernur Provinsi Riau asal PPP, Bapak H. Wan Abubakar yang sempat menjadi Gubernur Riau definitif selama tiga bulan dimasa transisi tahun 2008 lalu.

Yang saya sayangi adinda Rozi alias Oji dan Faisal Umar dari harian Tribun Pekanbaru/Persda/grup harian Kompas, yang dengan semangat tinggi selalu memberitakan seluruh kegiatan riset saya hampir dalam setiap kali kunjungan ke Provinsi Riau.

Serta pengahargaan sangat tinggi kepada para polisi teladan Indonesia beserta seluruh jajaran Mapolda Riau, mantan Kapolda Riau saat itu yang sekarang menjadi Gubernur Akpol (Akademi Polisi) di Semarang Bapak Irjen Pol Drs.Sutjiptadi,MM dan istrinya Ibu Ririek Sutjiptadi. Yang dengan penuh kekeluargaan merangkul saya dan tim riset dari unsur sub-element masyarakat didalam langkah besar Polda Riau menertibkan aktivitas pembalakan liar/illegal loging di Provinsi Riau. Berbagi data dan informasi dari hasil kerja optimal Polda Riau saat itu merupakan sebuah ‘kemewahan luar biasa’ bagi saya, mengingat dari sana fokus langkah saya didalam menetukan arah pertanyaan bagi data primer lainnya kemudian menjadi lebih mudah dan terarah.

Kepada Sekretaris Bidang Kepaniteraan MA RI (Mahkamah Agung Republik Indonesia) Bapak H.R.M Anton Suyatno,SH,MH dan mbak Ayu Verliani,SH yang pada detik-detik terakhir penulisan disertasi ini memberikan informasi tentang sistem IT yang segera pada tahun 2009 ini akan diimplementasikan. MA RI bersama PSHDK (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan) yang diwakili oleh Mas Arya, SH, LLM berusaha memperbaiki image Mahkamah Agung yang selama ini minor dengan upaya menjawab tantangan zaman dengan instrumen IT, demi menuju Good Judicial Governance institusi peradilan tertinggi Indonesia selain MK (Mahkamah Konstitusi).

Yang saya kasihi Bunda Emilia Contessa dan Pak Usamah suaminya, fungsionaris PPP yang turut memberikan dukungan dana riset pada saat kondisi alokasi dana riset saya semakin menipis, lalu ternyata masih dibutuhkan sekali lagi untuk yang terakhir kali balik kembali ke Provinsi Riau. Kedatangan terakhir tersebut persis seminggu sebelum meninggalnya Pak Kajati Riau saat itu (alm) Djaenuddin,SH,MH. Upaya tersebut adalah untuk langkah konfirmasi penutup/final dalam re-in depth interview dengan Kajati Riau (Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Riau) terkait dengan pertanyaan saya yang belum terjawab tentang parameter yang dipakai oleh Kejaksaan disaat megeluarkan putusan: “… pelaku delik pidana pembalakan liar/illegal loging tidak dapat dibuktikan perbuatan melawan hukumnya.” Tanpa kedatangan saya terakhir tersebut, tak mungkin saya mendapatkan pandangan awal yang lumayan terbuka terkait crusial points dalam pembuktian delik pidana perbuatan melawan hukum (onrechtmatigheidsdaad) delik pidana pembalakan liar/illegal loging, yang selama ini diduga membuat berkas penyidikan prima Polda Riau harus dibuat menjadi sembilan kali bolak-balik antara Polri-Kejaksaan yang berujung antiklimaks dengan dikeluarkannya SP3 (Surat Perintah Pemberhentian Perkara) pada bulan Desember 2008 lalu.

Khusus kepada Ustad Ahmad Jaro salah seorang Mursyid Tasawuf saya dan asistennya Ketua Yayasan Hasbunallah Mas Tri beserta seluruh keluarga besar Yayasan Hasbunallah dari Kota Tanjung, Kalsel. Jazakillah khoir atas doa yang tak pernah berhenti dipanjatkan bagi keselamatan saya dan tim NGO, yang mendampingi selama berada dihutan Provinsi Riau. Dan juga dana urunan dari jamaah yang diam-diam selalu dimasukkan kedalam tas atau koper saya selama kunjungan spiritual ke Tanjung kemarin, sebagai ekspresi dukungan penuh atas upaya dan kerja keras saya didalam membantu NKRI memerangi pembalakan liar/illegal loging.

Yang terhormat Duta Besar RI di Belanda Bapak Fanny Habibie yang secara sangat surprise dengan segala kerendahan hati terketuk hati terdalamnya yang saya yakini dikirim oleh Allah SWT untuk menjawab doa panjang saya agar memperoleh kemudahan dana bagi pemenuhan ujian terbuka Doktor saya ini. Pak Fanny menelpon saya langsung dari KBRI di Wassenaar, Belanda tengah malam buta waktu Banten, dan keesokan siang dana hibah beliau langsung masuk kerekening saya dengan jumlah persis sama dengan kebutuhan prosedur administrasi ujian terbuka program Doktor PSL-IPB.

Yang terkasih keluarga besar PPP di Kalimantan Selatan, Bapak Gubernur Rudi Arifin dan Ketua DPRD Kalsel Bapak Saiful Tamliha yang juga membantu menambah biaya sponsor untuk ujian terbuka Doktor saya pada menit-menit terakhir dibutuhkan.

Yang membantu disaat tak terduga belakangan ini, Ketua Umum PPP Bapak Drs.H.Surya Dharma Ali,MSi dan istri Ibu Dra.Hj.Wardatul Asriah yang mendorong penulis agar serius menyelesaikan ujian akhir program Doktor ini agar bersegera dapat menambah jumlah kader intelektual PPP untuk bersama merancang kebangkitan ummat dalam waktu dekat ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang dengan ketulusan dan keikhlasannya telah membantu penyelesaian studi Doktoral di IPB ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh anda semua kepada saya. Amin.

Semoga disertasi ini walau kecil dan sederhana dapat memberikan setitik sumbangsih harap langkah awal yang paling krusial dan paling jarang dilirik bagi penegakan hukum berdampak jera, untuk seluruh pelaku delik pidana pembalakan liar/illegal loging di Indonesia. Kedepannya Indonesia menunggu kedatangan seorang pemimpin ‘Ratu Adil’ yang ikhlas memberikan keberpihakan pikiran, hati, energi, dan pengaruh kewenangan keputusannya bagi perlindungan keseimbangan lingkungan hidup dan kelestarian hutan tropis Indonesia.

Bogor, April 2009.

MARISSA GRACE HAQUE

Indonesian Agriculture Minister is Going to London to Meet NGOs Over Oil Palm Plantations

BOS on Marissa Haque: Indonesian Agriculture minister is going to London to meet NGOs over oil palm plantations.

Jakarta (ANTARA News) - Agriculture Minister Anton Apriyantono will leave for London, Britain, next weekend, to talk with European non-governmental organizations (NGOs) activists about their negative campaigns on Indonesia`s oil palm plantations.
Several West European NGOs had blamed Indonesia`s oil palm plantations for environmental degradation, deforestation, decrease in the number of rare fauna, and largely contributing to the global warming, the minister said here on Thursday.

“Next week I will meet British and international media to present a number of views and facts on the national oil palm industry to straighten out some misunderstandings,” he said in a gathering attended by members of the Indonesian Palm Oil Council (DMSI).

During his stay in London, he would also hold meetings with several British ministers, especially those in charge of agriculture and international cooperation.

The agriculture minister said that the accusation of European NGOs saying that oil palm plantations in Indonesia were to blamed for the environmental degradation, was just a misunderstanding.

He admitted that there were some irregularities in the opening of oil palm plantations. However, it did not mean that the whole policies on the oil palm industry of the Indonesian government were wrong, he said.

The Indonesian government has issued policies for a sustainable development of oil palm industry for the welfare of the people and without destroying the environment, he said. The government was committed to the implementation of sustainable development through the Round Table Sustainable Palm Oil Program (RSPO), reduction of CO2 gas emissions, good agriculture practices, and tropical rain forest protection, the minister said.

The minister would also inform European NGOs about the corporate social responsibility program carried out by the country`s oil palm plantations which empowered small-and-medium scale industries surrounding the oil palm plantations. Minister Apriyantono said that Indonesia in cooperation with Malaysia, another major oil palm producer, would launch a long-term `Sustainable Palm Oil` campaign. The government has allocated a fund amounting to 500,000 Euros for the campaign. (*)

Source: savetheorangutan.org/2007/09/

Entri Populer